Kapisitas
perkonomian diindonesia dari awal memang kelelahan dalam pola budi daya. Dimana
petani sebagai pelaku utama banyak mengalami kesulitan dan ketrbatasan dalam
ekonomi produksi, serta dapat mmpengaruhi lingkungan lingkungan kebijakan, apalagi
untuk mengubah landasan ekonomi makro, yang menentukan tingkat
kesejahteraannya. Nilai tukar petani kumulatif pada
Februari 2012 tercatat 105,1 (turun 0,60 persen) dengan gambaran tidak baik
diderita petani padi (turun 1,02 persen), nelayan (turun 0,39 persen), dan
petani hortikultura (turun 0,23 persen). Demikian pula Instruksi Presiden Nomor
3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh
Pemerintah mungkin menjadi panduan secara administratif bagi Perum Bulog.
Namun, tingkat kesejahteraan petani bukan persoalan administrasi belaka,
melainkan persoalan hidup riil yang memerlukan langkah pemihakan dan perhatian
yang memadai. Di sinilah sebenarnya harapan petani dan masyarakat banyak kepada
penyelenggara negara di Indonesia. Namun harapan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani tampak masih jauh dari kenyataan.
Dilihat dari tingkat kenaikan BBM
dari kalangan masyarakat banyak sekali yang tidak setuju bagi kalangan bawah, Banyak
analis memperkirakan laju inflasi bulan Maret akan berada di atas 0,1 persen
walaupun musim panen padi telah dimulai. Laju inflasi tahunan 2012 ini akan
berada di atas 5 persen, apalagi jika harga BBM kelak jadi dinaikkan Perkiraan inflasi ini pun akan
memperumit pengendalian harga, terutama pangan pokok, karena psikologi pasar
sudah telanjur memiliki gambaran tidak stabil atau negatif.
analisis dari Bustanul
Arifin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar