Rabu, 09 Mei 2012

Analisis Ekonomi, BBM, Ekspektasi Inflasi dan Kesejahteraan petani


Kapisitas perkonomian diindonesia dari awal memang kelelahan dalam pola budi daya. Dimana petani sebagai pelaku utama banyak mengalami kesulitan dan ketrbatasan dalam ekonomi produksi, serta dapat mmpengaruhi lingkungan lingkungan kebijakan, apalagi untuk mengubah landasan ekonomi makro, yang menentukan tingkat kesejahteraannya. Nilai tukar petani kumulatif pada Februari 2012 tercatat 105,1 (turun 0,60 persen) dengan gambaran tidak baik diderita petani padi (turun 1,02 persen), nelayan (turun 0,39 persen), dan petani hortikultura (turun 0,23 persen). Demikian pula Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah mungkin menjadi panduan secara administratif bagi Perum Bulog. Namun, tingkat kesejahteraan petani bukan persoalan administrasi belaka, melainkan persoalan hidup riil yang memerlukan langkah pemihakan dan perhatian yang memadai. Di sinilah sebenarnya harapan petani dan masyarakat banyak kepada penyelenggara negara di Indonesia. Namun harapan untuk meningkatkan kesejahteraan petani tampak masih jauh dari kenyataan.
            Dilihat dari tingkat kenaikan BBM dari kalangan masyarakat banyak sekali yang tidak setuju bagi kalangan bawah, Banyak analis memperkirakan laju inflasi bulan Maret akan berada di atas 0,1 persen walaupun musim panen padi telah dimulai. Laju inflasi tahunan 2012 ini akan berada di atas 5 persen, apalagi jika harga BBM kelak jadi dinaikkan Perkiraan inflasi ini pun akan memperumit pengendalian harga, terutama pangan pokok, karena psikologi pasar sudah telanjur memiliki gambaran tidak stabil atau negatif.


                                                                                                                    
analisis dari Bustanul Arifin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar